Selasa, 06 November 2018

ASAL USUL DESA WATES - MAGERSARI MOJOKERTO


  • Asal-Usul Desa Wates

            Tidak banyak yang tau, latar belakang desa yang berada di ujung timur kota Mojokerto ini. Wilayah desa ini berdekatan dengan sungai brantas, desa yang berposisi sebagai perbatasan antara kabupaten dan kota. Desa ini bernama desa Wates. Untuk asal usul sendiri, saya sebagai penulis awalnya juga sangat kesulitan mencari informasi karena narasumber yang mengetahui bagaimana awal mula dan latar belakang aslinya juga sebagian besar telah wafat. Menurut keterangan dari salah satu narasumber yaitu Bapak Sulkan (Tokoh Seniman Ludruk Mojokerto). Latar belakang nama desa wates sesungguhnya memiliki latar belakang yang berfilosofi.
         Pada jaman dahulu, diceritakan ada seorang pemuda yang terkenal tidak baik, dia tidak memiliki tempat tinggal, dia adalah seorang pengembara, pemuda tersebut terkenal dengan sifat yang sangat buruk yaitu perusak, pencuri dan sebagainya. Ia bernama Jatimurka, selama hidupnya jatimurka hanya dipenuhi dengat niatan yang tidak baik, ia selalu mencuri karena ia sendiri tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan. Dimana jaman dahulu masih jarang adanya penduduk dan masih hutan belantara, niatan untuk mencuri adalah hal yang mudah. Awal mula jatimurka tiba disebuah desa di sebelah selatan, sosok jatimurka ini sudah merencanakan dari awal untuk mencuri di desa tersebut, namun setelah berupaya dan sampai di sebuah desa itu ia merasa kelelahan dan beristirahat terlebih dahulu di sebuah perbatasan sungai, jaman dahulu menyebutnya sebagai tretek. Beberapa waktu kemudian ia terbangun dari tidurnya dan tersadar bahwa hari sudah cerah kalau dalam bahasa jawanya disebut padang, jatimurka pun mengatakan bahwa “ Lo, aku iki mau kate nyolong kok yo kepadangen, nek iki tak tutukno maling aku iso kecekel, yowes deso iki tak jenengno LESPADANGAN, Les berasal dari kata istirahat, dan Padangan berasal dari kata kepagian. Desa yang pertama kali ditempuh oleh jatimurka akhirnya dinamakan Lespadangan.
Setelah niat untuk mencuri di desa tersebut gagal ia melanjutkan usaha untuk mencuri di desa yang lain, ia terus berjalan dan mencoba mencari desa yang dapat dicuri. Dahulu yang masih belum ada jembatan, segala usaha apapun ia lakukan untuk melaksanakan niatannya, ia berenang menyebrangi sungai dari arah selatan untuk menuju kearah timur, setelah sampai perbatasan sungai dan masuk desa selanjutnya, jatimurka tersadar bahwa ia menghabiskan waktu yang banyak karena ia datang sudah terlalu larut malam. Jatimurka pun waktu itu mengatakan “Loalah lahkok wes kepetengen, nek iki niatku tak terusno maling, aku iso kecekel wong-wong, yawis aku tak nang deso liane ae, tak niati deso iki mene mene tak jenengno PETENGAN” dari perkataan itu lah jatimurka berniatan untuk menamai desa tersebut dengan petengan, petengan berarti larut malam.        
Niatnya yang lagi-lagi tidak berhasil membuatnya semakin berusaha untuk menjelajahi desa yang lain, ia pun melanjutkan ke desa berikutnya, ia mencoba untuk melaksanakan niat yang sama yaitu mencuri, ia lalu berjalan menuju kearah timur ke sebuah desa, sesampainya disana ia menemukan halaman yang luas namun anehnya di halaman luas itu hanya terdapat satu pohon besar saja. Jatimurka pun berniatan beristirahat sejenak di pohon tersebut namun lagi lagi jatimurka ketiduran, di tengah ia sedang tidur tiba-tiba buah jatuh dari pohon tersebut menimpa wajahnya, ia pun terbangun dan berkata “Lo, wit sak mene gedene kok uwohe cilik, ndahnio iki mau wit e gede uwohe gede, lak yo wes mati aku” Dari peristiwa yang dialami oleh jatimurka, ia pun berharap bahwa peristiwa tersebut akan dijadikan nama desa itu, jatimurka mengatakan “ Wes lak ngunu mene-mene deso iki tak jenenge KARANGLO”. Nama desa karanglo diambil dari peristiwa sebuah halaman yang luas namun hanya terdapat satu pohon besar dan pohon besar tersebut menghasilkan buah yang kecil, sehingga saat itu ketika ia terbangun dan terkejut, seketika itu pula ia mengatakan LO, dan dari kata KARANG dan LO itu lah, nama desa tersebut menjadi Karanglo.
Selalu berniatan ingin mencuri, jatimurka pun berjalan ke arah timur untuk melanjutkan perjalanannya, sebelum melakukan niatnya untuk mencuri, ia melakukan persiapan terlebih dahulu di lokasi yang ia tempati saat itu, ia mengatakan “sek aku tak ancang-ancang kate nang deso liyane ae”. Ancang-ancang dalam bahasa Indonesia berarti melakukan persiapan. Dari perkataan Jatimurka “ancang-ancang”, jadilah sebuah nama desa tersebut yang dinamai desa BANCANG.
Jatimurka yang sejatinya ia adalah seorang pengembara dan memiliki naluri seorang pencuri ia pun terus melanjutkan perjalanannya ke arah timur, beberapa waktu kemudian sampailah ia disebuah desa, sampai di desa tersebut ia mengalamai kelelahan dan menemukan sebuah batu putih di desa tersebut, ia pun lalu beristirahat sejenak di atas batu putih itu, tak lama kemudian ia pun kembali tertidur, sepanjang tidurnya ia pun tiba-tiba bermimpi, dalam mimpinya ia didatangi seorang perempuan cantik yang bernama Nyai Wandan Sari, Nyai Wandan Sari sendiri adalah seorang pembantu yang dinikahi Prabu Brawijoyo secara diam-diam di Masa Kerajaan Majapahit. Nyai Wandan Sari datang dalam mimpi Jatimurka dan mengatakan dalam bahasa jawa “Le tak kandani, kelakuan mu seng olo iku ojo diterusno, iku ngunu gak apik gawe awakmu le, lerenono, lerenono, lerenono. nek jek gak ngerti watesono kelakuanmu”. Jatimurka pun seketika terbangun dari tidurnya, ia pun tersadar bahwa dalam tidurnya ia bermimpi didatangi oleh seorang wanita yang menyuruhnya untuk berhenti melakukan perbuatan jeleknya selama ini, ia pun tersadar dan berfikir atas perilakunya selama ini, pada saat itu pula ia menamai desa itu dengan nama Desa WATES.
Dari sinilah awal mula nama desa wates muncul, untuk bagaimana kejelasannya penulis pun tidak tau lebih detail, namun jika menurut narasumber narasumber yang telah diwawancari, desa wates ada sebelum masa penjajahan belanda, besar kemungkinan desa wates sudah tercipta sejak jaman majapahit. Karena sumber informasi saat ini sudah sangat sulit untuk ditemukan dan tidak adanya bukti secara tertulis, asal-usul nama desa dan bagaimana legendanya desa Wates sudah terlupakan dan hampir punah. Penulis berfikir bahwa nama dari desa wates ada kemungkinan hasil dari lisan ke lisan, mereka mempercayai dan menghormati hingga nama desa Wates pun dipakai sampai saat ini.

  • Karakteristik Desa Wates

Dari hasil wawancara terhadap bapak Sulkan, penulis mendapatkan informasi bahwa karakteristik dari desa wates sejak dahulu terkenal jelek, yaitu maling atau bahasa Indonesia nya adalah tempatnya orang mencuri. Namun dengan perkembangan jaman, untuk saat ini sudah tidak ada karakteristik yang sama seperti yang dikenal dulu. Desa wates adalah sebuah desa sekaligus kelurahan yang bertempat di Kecamatan Magersari Kota Mojokerto, mayoritas penduduk desa wates saat ini bermata pencaharian sebagai karyawan swasta dan wiraswasta. 

Kesimpulan :
Jika dilihat cerita dari narasumber asal usul dari nama desa Wates ini terjadi berentetan dengan nama desa yang lain yang berawal dari Jatimurka, Jatimurka sendiri adalah seorang pengembara yang berniatan jelek yaitu mencuri, awal mula dari keniatan nya itulah ia mengembara dari desa satu ke desa lainnya, diambil dari kisah pengalaman yang dialami oleh Jatimurka, nama nama desa tersebut mulai tercipta dari perkataan jatimurka, entah bagaimana penduduk mengambil kesepakatan menamai desa itu, mungkin dari lisan ke lisan hingga saat ini penduduk meyakini dan menghormati, hingga akhirnya tercipta nama untuk desa tersebut dipakai sampai saat ini.

tiyasdervi.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar